Rabu, 07 Januari 2009

ARKEOLOGI DAN KEJADIAN: Apa yang ditunjukkan oleh catatan alkitab

Satu abad lalu Charles Darwin memberikan alternatif terhadap catatan alkitab tentang penciptaan. Kira-kira pada saat yang sama, Karl Marx mempopulerkan penggunaan teori materialisme, yang menyatakan bahwa hal tersebut selalu ada dan tidak memerlukan Pencipta. Hal ini memberikan alternatif bagi pengikutnya selain meyakini Allah. Kemudian kritisisme literaris memfokuskan pandangan pada alkitab dan perlahan mulai mencoba memilah-milah menjadi beberapa bagian. Kritik literaris mengklaim bahwa alkitab dipenuhi dengan mitos dan yang paling baru, alkitab sendiri dianggap memiliki asal-usul dari mitos.

Sebagaimana seorang cendekia menjelaskan, manusia mulai lebih berpikir tentang diri sendiri dibandingkan Tuhan, sebagai pusat dari alam semesta. “Ide tentang evolusi telah menguasai pemikiran dewasa ini, dan dianggap merupakan kunci terbaik untuk melengkapi pemahaman tentang sejarah alam. Agama didiskusikan dari sudut pandang keuntungan subjektifnya bagi manusia. Segala kemungkinan dari pewahyuan oleh Allah dikurangi, dan sisi religius dari manusia telah dijelaskan dengan menggunakan proses alami … Mereka menyimpulkan bahwa agama Israel pasti dikembangkan dengan jalur yang sama.” (A. Noordtzy, Bibliotheca Sacra, Vol. 98-99, pp. 388-390, 1940-41).

Ketika memasuki abad 20, meningkatnya kritik mengikis keyakinan terhadap kebenaran literal dari catatan alkitab. Kemudian data serangkaian penemuan arkeologis. Arkeologi dimulai pada abad 19 namun dilakukan dengan kekuatan penuh pada abad 20. Kritik terhadap akurasi sejarah dalam alkitab dikonfrontasikan dengan bukti fisik yang memberikan bukti tentang kebenaran catatan-catatan tertentu.

Sebagai dikatakan seorang penulis bernama John Elder, studi arkeologi banyak berkaitan dengan petunjuk untuk pertimbangan, dalam pikiran banyak orang, untuk kembali meyakini kredibilitas alkitab. “Sedikit demi sedikit, satu persatu kota, satu persatu peradaban, satu persatu kebudayaan, yang dapat diingat hanya melalui alkitab, direstorasi ke tempat yang seharusnya dalam sejarah kuno melalui studi arkeologi … tidak satupun penemuan arkeologi menyangkal alkitab sebagai sumber catatan sejarah” (Prophets, Idols and Diggers, 1960, p. 16).

Dalam artikel ini akan dilihat beberapa penemuan yang mengejutkan dari dua abad terakhir dan menunjukkan bagaimana bukti fisik mengkonfirmasi aspek-aspek dalam catatan alkitabiah.
Ketika Lukas menuliskan kitab yang dinamakan menurut namanya, dia secara berhati-hati meletakkan bukti berkaitan dengan Yesus Kristus dan mujizatnya, termasuk kebangkitanNya. Dia ingin catatannya sesuai dengan ketelitian yang dituntut oleh mereka yang meragukan. Lukas mengatakan bahwa dia bermaksud menulis “sebuah catatan yang rapi” (Lukas 1:1-4) sehingga pembacannya dapat “mengetahui kepastian dari seluruh hal sebagaimana diperintahkan kepadamu” (emphasis added throughout).

Lukas kemudian melangkah lebih lanjut untuk memperkaya catatannya dengan penyebutan referensi sejarah, misalnya, tentang ke-sebaya-an antara pemegang peraturan agama Yahudi dan penguasa Kekaisaran Roma. (Lukas 1:5; 2:1).

Karena begitu banyaknya jumlah penemuan, tidak seluruh bukti dijabarkan disini. Akan tetapi, beberapa penemuan utama yang menguatkan bagian dari catatan alkitab dalam Kejadian akan didiskusikan disini.

Segel Godaan

Pada jaman kuno segel digunakan untuk mensertifikasi dokumen, untuk menunjukkan otoritas, dan kadangkala digunakan sebagai jimat. Segel pada jaman awal dibuat dari tanah liat yang dikesankan dengan menggunakan tanda atau tulisan, dan beberapa diantaranya menjadi keras karena waktu atau terbakar ketika api membakar kota. Karena dibuat dari tanah liat, segel tersebut terselamatkan lebih lama dibandingkan dengan apa yang tertulis dengan menggunakan papirus atau perkamen.

Arkeologi menetapkan menetapkan umur dari segel yang ditemukan dimana beberapa diantaranya berusia lebih dari 5000 tahun. Penemuan tersebut merupakan beberapa diantara sedikit material yang mampu bertahan yang memberikan bukti yang menegaskan keyakinan manusia pada awal mula peradaban. Segel tersebut telah membuka tabir yang memberikan konfirmasi tentang beberapa catatan alkitab, termasuk beberapa dalam Kejadian.

Bab pertama dari kitab Kejadian mencakup penciptaan manusia dan godaan yang membuat Adam jatuh dalam dosa. Allah telah memberikan hukum tertentu kepada Adam dan menjelaskan konsekuensi jika dilanggar. “TUHAN berkata kepada manusia itu, ''Engkau boleh makan buah-buahan dari semua pohon di taman ini, kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga.” (Kejadian 2:16-17).

Kejadian menggambarkan penggoda, Setan, mempengaruhi Hawa dan kemudian Hawa mempengaruhi suaminya, Adam, untuk melanggar hukum Pencipta. Allah telah berkata kepada Adam dan Hawa bahwa mereka akan mati jika mereka makan buah dari pohon tersebut. Tetapi ular berkata kepada Hawa, “Itu tidak benar; kalian tidak akan mati.” Jadi Hawa kemudian mengambil buah itu, merasakan bahwa rasa buah itu nikmat, kemudian menawarkan kepada suaminya, dan “Adam memakannya.” (Kejadian 3:1-6).

Apakah catatan ini hanyalah mitos? Banyak kritik menganggapnya demikian. Arkeologi telah berhasil menggali, bukan di wilayah Israel dalam alkitab, tetapi di wilayah peradaban paling kuno yang dikenal, Sumeria; sebuah segel yang menggambarkan serangkaian kejadian yang dijelaskan dalam kitab Kejadian. Penemuan ini, dikenal sebagai Segel Godaan (Temptation Seal), sekarang berada di British Museum. Benda itu diperkirakan dibuat pada milenium ketiga sebelum masehi, sekitar 5000 tahun yang lalu. Artifak ini menunjukkan seorang laki-laki dan wanita memandang sebuah pohon, dan di belakang wanita tersebut ada seekor ular. Catatan Kejadian tentang godaan tersebut diyakini dibuat oleh penulis Yahudi, tetapi grafik yang menggambarkan even dalam kitab Kejadian ini telah ada ribuan tahun yang lalu sebelum kritik terhadap kitab Kejadian ini dituliskan.

Artifak ini, salah satu dari catatan awal yang bertahan, menunjukkan bahwa manusia mengetahui inti dari insiden godaan tersebut, dan tidak hanya dari catatan alkitab yang tertulis di kitab Kejadian.

Segel Adam dan Hawa

Segel Sumeria lainnya, tertanggal 3500 SM dan sekarang ditempatkan di museum Universitas Pennsylvania, menunjukkan even yang terjadi setelah laki-laki dan perempuan memakan buah terlarang. Segel ini menggambarkan figur laki-laki dan perempuan tersebut, bersujud dalam rasa malu, diusir keluar, diikuti oleh seekor ular. Segel ini juga menjelaskan cerita tentang pengusiran dari Taman Eden: “ … Maka TUHAN Allah mengusir manusia dari taman Eden dan menyuruhnya mengusahakan tanah yang menjadi asalnya itu.” (Genesis 3:23).
Sulit menjelaskan apa yang digambarkan oleh tiga figur tersebut, yang terukir pada sebuah segel dari jaman permulaan manusia purba, selain sebagai penggambaran tentang catatan dalam Kitab Kejadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar